Pada proses metabolisme normal, tubuh
memproduksi partikel kecil dengan tenaga besar disebut sebagai radikal bebas.
Atom atau molekul dengan elektron bebas ini dapat digunakan untuk menghasilkan
tenaga dan beberapa fungsi fisiologis seperti kemampuan untuk membunuh virus
dan bakteri. Namun oleh karena mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini
juga dapat merusak jaringan normal apabila jumlahnya terlalu banyak. Radikal
bebas dapat mengganggu produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel, mempengaruhi
pembuluh darah, dan produksi prostaglandin.
Radikal bebas juga dijumpai pada
lingkungan, beberapa logam (misalnya besi, tembaga), asap rokok, polusi udara,
obat, bahan beracun, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan sinar ultraviolet
dari matahari maupun radiasi.
I. Definisi
Radikal bebas adalah sekelompok bahan
kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan
pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi
jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas.
II. Struktur
kimia
Atom terdiri dari nukleus, proton, dan
elektron. Jumlah proton (bermuatan positif) dalam nukleus menentukan jumlah
dari elektron (bermuatan negatif) yang mengelilingi atom
tersebut.
Elektron berperan dalam reaksi kimia dan merupakan bahan yang menggabungkan
atom-atom untuk membentuk suatu molekul. Elektron mengelilingi, atau mengorbit
suatu atom dalam satu atau lebih lapisan. Jika satu lapisan penuh, elektron akan
mengisi lapisan kedua. Lapisan kedua akan penuh jika telah memiliki 8 elektron,
dan seterusnya. Gambaran struktur terpenting sebuah atom dalam menentukan sifat
kimianya adalah jumlah elektron pada lapisan luarnya. Suatu bahan yang elektron
lapisan luarnya penuh tidak akan terjadi reaksi kimia. Karena atom-atom
berusaha untuk mencapai keadaan stabilitas maksimum, sebuah atom akan selalu
mencoba untuk melengkapi lapisan luarnya dengan :
a.
Menambah atau mengurangi elektron untuk mengisi maupun mengosongkan
lapisan luarnya.
b.
Membagi elektron-elektronnya dengan cara bergabung bersama atom yang lain dalam
rangka melegkapi lapisan luarnya.
Atom sering kali melengkapi lapisan
luarnya dengan cara membagi elektron-elektron
bersama
atom yang lain. Dengan membagi elektron, atom-atom tersebut bergabung bersama
dan mencapai kondisi stabilitas maksimum untuk membentuk molekul. Oleh karena
radikal bebas sangat reaktif, maka mempunyai spesifitas kimia yang rendah sehingga
dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain, seperti protein, lemak, karbohidrat,
dan DNA.
Dalam rangka mendapatkan stabilitas
kimia, radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama
dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang
molekul stabil yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang terambil
elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi
berantai, yang akhirnya terjadi kerusakan sel tersebut.
Gambar 1.
Struktur kimia radikal bebas
Radikal
bebas dapat terbentuk in-vivo dan in-vitro secara :
- Pemecahan satu molekul normal secara homolitik menjadi dua. Proses ini jarang terjadi pada sistem biologi karena memerlukan tenaga yang tinggi dari sinar ultraviolet, panas, dan radiasi ion.
- Kehilangan satu elektron dari molekul normal
- Penambahan elektron pada molekul normal
Pada
radikal bebas elektron yang tidak berpasangan tidak mempengaruhi muatan
elektrik dari molekulnya, dapat bermuatan positif, negatif, atau netral.
III. Tipe radikal bebas dalam tubuh
Radikal bebas terpenting dalam tubuh
adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut
kelompok
oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS), termasuk didalamnya adalah triplet
(3O2), tunggal (singlet/1O2), anion superoksida (O2.-), radikal
hidroksil (-OH), nitrit oksida (NO-), peroksinitrit (ONOO-), asam hipoklorus
(HOCl), hidrogen peroksida (H2O2), radikal alkoxyl (LO-), dan radikal peroksil
(LO-2).
Radikal bebas yang mengandung karbon
(CCL3-) yang berasal dari oksidasi radikal
molekul
organik. Radikal yang mengandung hidrogen hasil dari penyerangan atom H (H-).
Bentuk lain adalah radikal yang mengandung sulfur yang diproduksi pada oksidasi
glutation menghasilkan radikal thiyl (R-S-). Radikal yang mengandung nitrogen
juga ditemukan, misalnya radikal fenyldiazine.
IV. Sumber radikal bebas
Radikal
bebas yang ada ditubuh manusia berasal dari 2 sumber :
- Endogen
- Eksogen
a.
Sumber endogen
1.
Autoksidasi
Merupakan produk dari proses metabolisme
aerobik. Molekul yang mengalami autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin,
mioglobin, sitokrom C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas
menghasilkan reduksi dari oksigen diradikal dan pembentukan kelompok reaktif
oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga
dapat kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe
III melalui proses autoksidasi.
2.
Oksidasi enzimatik
Beberapa jenis sistem enzim mampu
menghasilkan radikal bebas dalam jumlah yang cukup bermakna, meliputi xanthine
oxidase (activated in ischemiareperfusion), prostaglandin synthase,
lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan amino acid oxidase. Enzim myeloperoxidase
hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi ion
klorida menjadi suatu oksidan yang kuat asam hipoklor.
3.
Respiratory burst
Merupakan terminologi yang digunakan
untuk menggambarkan proses dimana sel fagositik menggunakan oksigen dalam
jumlah yang besar selama fagositosis. Lebih kurang 70-90 % penggunaan oksigen
tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi superoksida. Fagositik sel tersebut
memiliki sistem membran bound flavoprotein cytochrome-b-245 NADPH oxidase.
Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase keluar dalam bentuk inaktif. Paparan
terhadap bakteri yang diselimuti imunoglobulin, kompleks imun, komplemen 5a,
atau leukotrien dapat mengaktifkan enzim NADPH-oxidase. Aktifasi tersebut
mengawali respiratory dibentuk dari superoksida dengan cara dismutasi bersama
generasi berikutnya dari
OH
dan HOCl oleh bakteri.
b.
Sumber eksogen
1.
Obat-obatan
Beberapa macam obat dapat meningkatkan
produksi radikal bebas dalam bentuk peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan
tersebut bereaksi bersama hiperoksia dapat mempercepat tingkat kerusakan.
Termasuk didalamnya antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk
aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin, anthracyclines
(adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain
itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa asam fenamat dan komponen
aminosalisilat dari sulfasalasin dapat menginaktifasi protease, dan penggunaan
asam askorbat dalam jumlah banyak mempercepat peroksidasi lemak.
2.
Radiasi
Radioterapi memungkinkan terjadinya
kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik
(sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel (partikel elektron, photon,
neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer dengan cara memindahkan
energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat
mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama cairan
seluler.
3.
Asap rokok
Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah
yang cukup untuk memainkan peranan yang besar terjadinya kerusakan saluran
napas. Telah diketahui bahwa oksidan asap tembakau menghabiskan antioksidan
intraseluler dalam sel paru (in vivo) melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap
tekanan oksidan. Diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan
dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal
bebas lain yang mungkin cukup berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan
kerusakan alveoli. Bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan
radikal yang mengandung karbon ada dalam fase gas. Juga mengandung radikal lain
yang relatif stabil
dalam
fase tar. Contoh radikal dalam fase tar meliputi semiquinone moieties dihasilkan
dari bermacam-macam quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil berulang
merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi dalam jaringan paru
perokok. Besi dalam bentuk tersebut meyebabkan pembentukan radikal hidroksil
yang mematikan dari hidrogen peroksida. Juga ditemukan bahwa perokok mengalami
peningkatan netrofil dalam saluran napas bawah yang mempunyai kontribusi pada
peningkatan lebih lanjut konsentrasi radikal bebas.
V. Pembentukan
radikal bebas dalam sel
Radikal bebas diproduksi dalam sel yang
secara umum melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik
atau non-enzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin
maupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang
dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa kebocoran superoksida,
hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat
bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber utama
radikal bebas adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport
elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan
molekul oksigen yang menghasilkan superoksida. Dalam kondisi yang tidak lazim
seperti radiasi ion, sinar ultraviolet, dan paparan energi tinggi lainnya,
dihasilkan radikal bebas yang sangat berlebihan.
VI. Reaksi perusakan oleh radikal bebas
Definisi tekanan oksidatif (oxidative
stress) adalah suatu keadaan dimana tingkat oksigen reaktif intermediate (ROI)
yang toksik melebihi pertahanan anti-oksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan
kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat
seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu. Lemak
merupakan biomolekul yang rentan terhadap serangan radikal bebas.
a.
Peroksidasi lemak
Membran sel kaya akan sumber poly
unsaturated fatty acid (PUFA), yang mudah dirusak oleh bahan-bahan
pengoksidasi; proses tersebut dinamakan peroksidasi lemak. Hal ini sangat
merusak karena merupakan suatu proses berkelanjutan. Pemecahan hidroperoksida
lemak sering melibatkan katalisis ion logam transisi
b.
Kerusakan protein
Protein dan asam nukleat lebih tahan
terhadap radikal bebas daripada PUFA, sehingga kecil kemungkinan dalam terjadinya
reaksi berantai yang cepat. Serangan radikal bebas terhadap protein sangat
jarang kecuali bila sangat ekstensif. Hal ini terjadi hanya jika radikal tersebut
mampu berakumulasi (jarang pada sel normal), atau bila kerusakannya terfokus
pada daerah tertentu dalam protein. Salah satu penyebab kerusakan terfokus
adalah jika protein berikatan dengan ion logam transisi.
c.
Kerusakan DNA
Seperti pada protein kecil kemungkinan
terjadinya kerusakan di DNA menjadi suatu reaksi berantai, biasanya kerusakan
terjadi bila ada lesi pada susunan molekul, apabila tidak dapat diatasi, dan
terjadi sebelum replikasi maka akan terjadi mutasi. Radikal oksigen dapat
menyerang DNA jika terbentuk disekitar DNA seperti pada radiasi biologis.
VIII. Pertahanan
sel terhadap radikal bebas
Sifat reaktif yang tersebar dari sistem
pembentukan radikal dalam sel menyebabkan
evolusi
mekanisme pertahanan terhadap efek perusakan suatu bahan teroksidasi kuat.
Gambar
dibawah ini menunjukkan aktifitas enzim intraseluler tersebut. SOD (superoksida
dismutase dan katalase) mengkatalisasi dismutasi dari superoksida dan hidrogen
peroksida. GSH (glutation) peroksidase mereduksi peroksida hidrogen dan organik
menjadi air dan alkohol. GSH S-transferase melakukan pemindahan residu glutation
menjadi metabolit elektrofilik reaktif dari xenobiotic. Produksi glutation
teroksidasi (GSSG) direduksi secara cepat oleh reaksi yang menggunakan NADPH
yang dihasilkan dari berbagai sistem intraseluler, diantaranya hexose-monophosphate
shunt. Berbagai isoenzim organel spesifik dari dismutase superoksida juga
ditemukan. SOD Zn, Cu merupakan sitoplasmik, sedangkan enzim Zn, Mn
mitokondrial. Isoenzim ini tidak ditemukan dalam cairan ekstraseluler.
Gambar
3. Enzim-enzim pertahanan antioksidan
Beberapa bahan tereduksi juga bekerja
sebagai antioksidan, reduksi kelompok radikal aktif seperti radikal peroksi dan
hidroksi menjadi bentuk yang kurang reaktif misalnya air. Seperti halnya
pembangkitan kembali oksigen singlet. Penggabungan
tersebut
juga mengakhiri reaksi radikal berantai. Pertahanan antioksidan kimiawi bagai
pedang bermata dua. Pertama, saat bahan tereduksi menjadi radikal maka derivat
radikalnya juga terbentuk. Sehingga, jika suatu radikal sangat tidak stabil,
reaksi radikal berantai mungkin akan berlanjut. Kedua, bahan tereduksi dapat
mereduksi oksigen menjadi superoksida atau peroksida merupakan radikal
hidroksil dalam reaksi auto-oksidasi. Ascorbat dan asam urat dapat berfungsi sebagai
anti oksidan, ikut serta secara langsung dalam auto-oksidasi, baik melalui
reduksi aktifator oksigen lain seperti rangkaian logam transisi atau quinone,
atau bertindak sebagai kofaktor enzim.
Proses tersebut dapat melibatkan
kemampuan askorbat untuk depolimerisasi DNA, hambatan Na+/K+ ATPase otak,
potensiasi toksisitas paraquat, dan sebagai mediator peroksidasi lemak. Juga
mempunyai kontribusi kelainan patofisiologi dari metabolisme purin. Sifat yang
sesungguhnya campuran pro atau antioksidan untuk bahan pereduksi khusus adalah
integrasi kompleks dari beberapa faktor. Pada kasus zat pembersih radikal hidroksil,
produk dari interaksi radikal dengan antioksidan umumnya kurang reaktif dibanding
radikal hidroksil. Radikal yang terbentuk tersebut cukup stabil dan dalam konsentrasi
cukup tinggi namun dapat terjadi mekanisme seperti pada glutation dan superoksida.
pH sangat mempengaruhi reduksi langsung oksigen menjadi superoksida oleh
senyawa sulfidril, sedangkan faktor lokal lainnya seperti konsentrasi molar
dari molekul oksigen juga punya peranan penting.
Oksigen singlet dan bagian triplet
molekul yang tereksitasi mungkin disempurnakan
melalui
interaksi bersama sistem konjugasi sistem diene seperti yang ditemukan pada karoten,
tokoferol, atau melanin. Seperti antioksidan pereduksi, senyawa tersebut dapat juga
menghasilkan jenis elektron aktif dan mungkin juga penyakit.
Pertanyaan :
Bagaimana cara mengatasi radikal bebas di dalam tubuh secara medis ?
Menurut saya cara mengatasi radikal bebas dalam tubuh secara medis tidak terlalu efektif, karena jika ditangani secara medis pasti mau tidak mau harus menggunakan zat kimia dari zat kimia tersebut pasti ada efek sampingnya. Nah penanganan radikal bebas dapat dilakukan dengan menggunakan vitamin yang mengandung antioksidan. Antioksidan adalah salah satu yang dibutuhkan untuk mengurangi dan menangani adanya molekul radikal dalam tubuh kita. Sejumlah buah, sayur, dan makanan sehari-hari dipercaya mengandung antioksidan.
BalasHapusVitamin E, C, dan A dipercaya mengandung banyak antioksidan. Vitamin-vitamin tersebut dapat didapatkan dalam gandum, biji-bijian, sayuran hijau, kentang, tomat, brokoli, dan lain-lain.
saya setuju dengan saudara prangky ramos.
BalasHapusdan menurut Dr. Kenneth H. Cooper Ada 4 langkah yang dapat dilakukan yang menjadi pencetus Preventive medicine untuk melawan radikal bebas yang berbahaya dalam tubuh kita yaitu :
1. Berolah raga dengan intensitas rendah
2. Mengkombinasi beberapa antioksidan setiap hari
3. Mengatur diet dan memasak secara benar agar antioksidan dalam makanan tidak rusak
4. Bergaya hidup bebas dari radikal bebas
Ya, apa yang di katakan oleh saudara prangky ramos benar,
BalasHapusSebenarnya, dampak destruktif radikal bebas tidak akan terjadi jika jumlah radikal bebas di dalam tubuh seimbang dengan antioksidannya dan kebutuhan antioksidan sudah terpenuhi dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan menerapkan pola hidup sehat. Namun pada keadaan tertentu dimana jumlah radikal bebas lebih tinggi, maka tubuh membutuhkan tambahan antioksidan. Seperti pada saat menjalankan aktivitas fisik yang berat, infeksi dan luka bakar serius, merokok dan menghirup asap rokok, terpapar polusi udara dan sinar matahari terus-menerus.
Sumber Antioksidan
Antioksidan banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayuran segar. Vitamin E banyak terdapat dalam gandum, kacang-kacangan, dan sayuran hijau. Betakaroten terkandung dalam wortel, brokoli, kentang, dan tomat. Vitamin C banyak terdapat dalam jeruk dan sayuran hijau. Sedangkan sumber selenium adalah ikan, telur, jagung dan padi. Tidak sulit untuk menemukan antioksidan dalam menu sehari-hari, namun cara pengolahannya harus diperhatikan agar kandungan antioksidan tidak terbuang.
Bagi masyarakat yang hidup di perkotaan memang cukup sulit mengurangi paparan sumber radikal bebas. Ditambah lagi dengan aktivitas yang cukup padat dan pola konsumsi makanan yang tidak seimbang. Pada kondisi seperti ini suplemen antioksidan dapat menjadi solusi untuk melawan radikal bebas.
cara mengatasi radikal bebas adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan, karena makanan yang mengandung antioksidan mampu menstabilkan radikal bebas yang tidak memiliki pasangan elektro bebas. contohnya adalah mengkonsumsi SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN serta juga jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan cepat saji karena makanan cepat saji memiliki asam lemak jenuh yang dapat berikatan dengan asam lemak yang akan membentuk peroksidasi lipid yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif seperti kanker dll.
BalasHapusDengan Cara :
BalasHapus1. Pola hidup sehat dan cerdas. Pola hidup sehat dan cerdas dapat menghindari ancaman bahaya radikal bebas dalam tubuh seperti hindari polusi dan berhenti merokok
2. Berolah raga dengan intensitas rendah dan hindari olahraga berlebihan. Olahraga teratur dan tidak berlebihan dapat membantu mengatasi radikal bebas dalam tubuh
3. Konsumsi sayur dan buah. Buah dan sayur adalah sumber antioksidan terbaik. Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi
kalau menurut saya, cara mengatasi radikal bebas di dalam tubuh itu adalah dengan memberikan/ memakan suplemen2, atau makanan-makanan yang mengandung zat antioksidan. tetapi seperti yang kita ketahui, radikal bebas itu dapat menyebabkan kanker, oleh karena itu, ada baiknya ketika radikal bebas berubah menjadi penyakit yang lebih serius seperti kanker,maka harus dilakukan pengobatan intensif medis, seperti terapi atau operasi kanker lainnya .. tetapi unutk mencegah sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka ada baiknya melakukan cara-cara sebagaimana yang sudah dikatakan oleh saudara mawar pada jawaban di atas.
BalasHapus